Seorang yang sederhana dan bersahaja, itulah Eyang Gesang pencipta lagu yang melegenda yaitu lagu Bengawan Solo . Lagu yang diciptakakan karena kekagumannya dengan sungai yang mengalir di Surakarta, Jawa Tengah itu menjadikan beliau terkenal tidak hanya di dalam negeri namun juga populer di luar negeri seperti Jepan. Sang maestro yang menciptakan karya yang besar namun tidak pernah memikirkan tentang royalti dari karyanya itu. Dia sudah merasa senag dan bangga karena lagunya dapat disukai banyak orang hingga manca negara.
Sikap lugu Gesang yang tak memikirkan royalti, mengundang simpati PT Penerbit Karya Musik Pertiwi (PT PMP). Sejak 1996, perusahaan itu berjuang mengumpulkan keuntungan dari karya Gesang di seluruh dunia yang mencapai puluhan juta rupiah setiap tahun. Di usia senja, Gesang pun sempat menikmati hasil jerih payahnya secara materiil.
Saat ini, lagu-lagu yang diciptakan Gesang diakui sebagai aset nasional. Agar karya Gesang tetap abadi maka PT PMP menerbitkan buku berisi 44 partitur serta syair-syair lagu [baca: Gesang Mulai Memetik Royalti].
Semasa hidupnya, Gesang menikmati hari tua dengan bercengkerama bersama sejumlah burung kacer merah kesayangannya. Sesekali ia masih berusaha berjalan di sekitar rumah, menikmati alam pedesaan. Walaupun harus dilakukan dengan susah payah dan tertatih-tatih.
Sang maestro kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, 1 Oktober 1917 itu telah pergi. Setelah dirawat selama sembilan hari, Gesang Martohartono mengembuskan napas terakhir dalam usia hampir 93 tahun di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, Solo, Jawa Tengah, Kamis (20/5). Sang maestro wafat pada pukul 18.10 WIB setelah kondisinya kembali menurun drastis sejak pukul 12.00 WIB tadi [baca: Gesang Wafat].(IDS/BOG/ANS)
Eyang Gesang selamat jalan...
0 comments:
Post a Comment